MANADO|ProNews.id – Meningkatnya jumlah kasus bunuh diri yang terjadi di Sulawesi Utara, sepanjang tahun 2023 ini, mendapat tanggapan beragam dari masyarakat, termasuk dari kalangan rohaniwan dan psikolog.

Rohaniwan Pdt. Mieke Sumilat-Ukus mengatakan, fenomena yang buruk tersebut, berkaitan dengan kekuatan hati dan semangat hidup seseorang.
“Itu sebabnya, FirmanTuhan dalam 2 Tawarikh 15 : 7 tegaskan, kuatkan hatimu dan jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu,” tandasnya melalui khotbah Ibadah Raya Minggu (16/07) tadi pagi di GPdI Hosana Karombasan Manado.

Untuk itu, ia menambahkan dengan mengutip 2 Tawarikh 15 : 8, orang percaya harus menyingkirkan dewa-dewa kejijikan dan memperbaharui mesbah Tuhan.

“Apa itu dewa-dewa kejijikan, antara lain; persungutan, kekecewaan, putus asa, ketidaksabaran, kehilangan semangat, dan lainnya, semuanya itu harus dihilangkan dari dalam hati dan hidup kita,” jelas isteri Gembala GPdI Hosana Karombasan Manado dan Ketua Persekutuan Gereja-Gereja Pentakosta Indonesia (PGPI) Provinsi Sulawesi Utara, Pdt. Edwin F. Sumilat, S.Th, MA ini di hadapan jemaat.

Disebutkannya juga, orang percaya mesti memperbaharui mesbah Tuhan dengan cara memperbaiki dan meningkatkan kualitas pujian dan penyembuhan kepada-Nya.
“Maka hasilnya, ada ketenangan, kedamaian, dan damai sejahtera dalam hati dan kehidupan kita” imbuh mantan pengurus Tim Penggerak PKK Prov. Sulut ini.

Sementara, Psikolog Hanna Nina Ireine Monareh M.Psi, menyatakan bahwa kasus bunuh diri erat kaitannya dengan masalah kesehatan mental seseorang, termasuk bagaimana mereka menjaga kesehatan mental saat menghadapi masalah

“Kemampuan untuk mengatasi stres dan mekanisme pertahanan diri penting dalam menyelesaikan masalah,” ujarnya kepada wartawan belum lama ini.

Menurut dia, fenomena ini dapat terjadi pada siapa saja, tanpa memandang usia, baik anak-anak, dewasa, maupun lanjut usia (lansia).

“Pemikiran ‘Self harm’ biasanya menjadi awal mula. Self harm adalah perilaku merugikan diri dengan berbagai cara negatif. Dari hal tersebut berpotensi sampai melakukan perilaku ‘Suicide’ (bunuh diri),” ungkap Monareh.

Ditambahkannya juga, beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang hingga melakukan bunuh diri, seperti faktor internal, misalnya memiliki kepribadian tertutup, menekan emosi, atau menyalahkan diri sendiri. “Selain itu, faktor eksternal seperti masalah keluarga, studi, pekerjaan, keuangan, dan pergaulan juga dapat memengaruhi seseorang,” tutur dia, sembari menyebutkan bahwa media sosial juga bisa menjadi pemicu.

[*/Rev]